From : Masyarakat Adat Bahau, Kab. Mahakam Hulu, Kaltim
Rp 150,000
Terbuat dari manik sintetis.
Dapat dikenakan sebagai ikat pinggang.
Desain unik dan kekinian.
Perawatan mudah.
Kode
Dimensi
Bahan Baku
Stok
Berat
INO381608
p. 65-70 cm
Manik Sintetis
0
1 kg
Deskripsi produk
Produk kalung ini berasal dari Masyarakat Adat Dayak Bahau. Kalung merupakan salah satu perlengkapan upacara adat.Awalnya, produk kalung terbuat dari batu yang diberi mantra sebagai penolak bala. Namun, kalung ini terbuat dari manik sintetis dan tanpa mantra pastinya. Masyarakat Bahau adalah satu dari ratusan kelompok etnis Dayak yang berlokasi di Kalimantan Timur.
Terkenal dengan rumah panjangnya, yang disebut lamin. Namun, tidak semua rumah panjang disebut Lamin. Rumah panjang harus memiliki setidaknya 8 olakng (unit) dan satu olakng terdiri dari beberapa bagian dan dapur yang terhubung menjadi satu rumah panjang. Itu sebabnya satu rumah panjang sering disebut satu kampung atau desa.
Masyarakat Bahau mempunyai tradisi menanam padi dengan cara menugal, yaitu menanam benih padi dengan melubangi tanah dengan tongkat. Biasanya kaum laki-laki berperan melubangi tanahnya, kemudian disusul dengan menanam benihnya oleh kaum perempuan. Lahan yang digunakan biasanya di daerah pegunungan. Mereka menikmati panen padi setiap 6 bulan sekali.
Mereka juga mempunyai tarian untuk mengiringi upacara ritual tradisional, yaitu hudoq atau tari topeng. Masyarakat Bahau percaya, hudoq sebagai tarian kedatangan para dewa ke dunia sebagai utusan Sang Pencipta. Kedatangan para dewa diyakini untuk menjaga dan melindungi kehidupan dan tanaman padi yang mereka baru tanam. Para dewa khawatir manusia tertular penyakit bahkan mati, bila melihat langsung wajah para dewa. Oleh Karena itu, Naling Ledaang yang dipercaya sebagai pemimpin para dewa, mengajak para dewa lainnya membuat topeng dari Pohon Jelutung atau Jabon (kitaaq - dalam bahasa lokal), dan membuat pakaian dari daun pisang (uraan - dalam bahasa lokal) yang berfungsi menutupi seluruh tubuh mereka.